Saya sendiri kadang merasa canggung ketika mendapat ucapan selamat ulang tahun. Tiga tahun lalu saya menghapus informasi kelahiran saya di Facebook, dan itu salah satu hal terbijak yang saya lakukan dengan akun media sosial saya. Dinding yang dipenuhi dengan ucapan selamat dari orang-orang yang saya tidak kenal, tidak lagi terasa semenyenangkan ketika pertama kali saya mendapatkannya di awal pembukaan akun saya di 2009. Bisa jadi juga saya hanya mengelakkan ucapan selamat dari orang-orang yang saya kenal, tapi menyelamati hanya sekedar sedang berbasa-basi.
Tapi begitu pun, senyum simpul masih tercipta ketika teman-teman terdekat saya tetap mengingat kapan hari bertambahnya usia saya, tanpa harus diingatkan Facebook.
Ada beberapa alasan kenapa perayaan ulang tahun sampai saat ini tidak menarik minat saya. Pertama, orang tua kami memang tidak pernah membiasakan anak-anaknya dengan pesta ulang tahun di rumah. Nande selalu membantu saya menyiapkan kado untuk diberikan kepada teman yang mengundang saya hadir di pestanya. Tapi untuk perayaan ulang tahun sendiri, tidak pernah.
Kedua, saat saya mulai mengenal beberapa orang yang dengan percaya diri bisa saya panggil sahabat, saya menyadari bahwa jumlah terbatas di lingkaran dalam saya adalah yang terbaik. Sewaktu SMA kami punya tradisi, pakaian yang dipilih langsung oleh yang berulang tahun untuk dijadikan kado bergilir tergantung ulang tahun siapa di bulan tertentu. Sesederhana itu sudah cukup sempurna untuk saya simpan sebagai kenangan dari masa remaja saya.
Selanjutnya, keyakinan soal semakin bertambahnya usia, semakin saya sadar tiap ulang tahun adalah sebuah peringatan yang mewaspadakan saya akan kesempatan menjadi diri yang lebih baik, dan mencapai apa yang belum tercapai, justru semakin berkurang. Dan juga fakta tak terbantahkan bahwa waktu saya di dunia ini sebenarnya semakin menipis.
Namun, tidak terbiasa dengan perayaan ulang tahun tidak lantas kami melewatkan begitu saja hari yang terdapat anggota keluarga bertambah usianya di waktu itu. Nande biasanya menyajikan masakan spesial yang sama dan itu sudah lebih dari cukup untuk kami anggap sebagai sebuah perayaan. Pengharapan untuk segala kebaikan yang kami panjatkan, masakan spesial Nande juga menyampaikan pesan yang sama.
Dalam setiap acara, satu atau lebih orang akan menerima Dayok Nabinatur dimana ketika baik pemberi dan penerima sajian tersebut masih sama-sama memegang wadah ayamnya, saat itu lah momen penerima juga didoakan supaya Tuhan menganugerahinya dengan kesehatan, keteraturan, dan semangat dalam menjalani kehidupan.
Filosofi yang melekat pada makanan ini lah yang menjadi alasan kenapa kami memilihnya untuk dihidangkan pada acara makan malam sederhana untuk perayaan ulang tahun di rumah kami. Ditambah kami tidak pernah menyajikannya di momen duka, Dayok Nabinatur selalu menghadirkan aura bahagia di setiap kehadirannya.
Kedua, saat saya mulai mengenal beberapa orang yang dengan percaya diri bisa saya panggil sahabat, saya menyadari bahwa jumlah terbatas di lingkaran dalam saya adalah yang terbaik. Sewaktu SMA kami punya tradisi, pakaian yang dipilih langsung oleh yang berulang tahun untuk dijadikan kado bergilir tergantung ulang tahun siapa di bulan tertentu. Sesederhana itu sudah cukup sempurna untuk saya simpan sebagai kenangan dari masa remaja saya.
Selanjutnya, keyakinan soal semakin bertambahnya usia, semakin saya sadar tiap ulang tahun adalah sebuah peringatan yang mewaspadakan saya akan kesempatan menjadi diri yang lebih baik, dan mencapai apa yang belum tercapai, justru semakin berkurang. Dan juga fakta tak terbantahkan bahwa waktu saya di dunia ini sebenarnya semakin menipis.
Namun, tidak terbiasa dengan perayaan ulang tahun tidak lantas kami melewatkan begitu saja hari yang terdapat anggota keluarga bertambah usianya di waktu itu. Nande biasanya menyajikan masakan spesial yang sama dan itu sudah lebih dari cukup untuk kami anggap sebagai sebuah perayaan. Pengharapan untuk segala kebaikan yang kami panjatkan, masakan spesial Nande juga menyampaikan pesan yang sama.
Homemade Dayok Nabinatur |
You have to taste a culture to understand it (Deborah Cater). Because. . People without the knowledge of their past history, origin, and culture is like a tree without roots. (Marcus Gorvey)Masyarakat Simalungun dengan Dayok Nabinatur mereka tidaklah berbeda dengan masyarakat dari suku lain dengan kuliner khas mereka. Dayok sendiri berarti ayam dan Nabinatur berarti teratur. Secara sederhana, Dayok Nabinatur dapat diartikan sebagai ayam yang disusun secara teratur. Kami biasanya menyajikan masakan khas Simalungun ini di acara-acara khusus seperti upacara pernikahan, kematian, kelahiran, atau pun acara lain yang mengumpulkan banyak anggota keluarga besar. Tapi sebagai keluarga Muslim, kami tidak menyertakan Dayok Nabinatur dalam prosesi Fardhu Kifayah bagi anggota keluarga yang meninggal dunia.
Dalam setiap acara, satu atau lebih orang akan menerima Dayok Nabinatur dimana ketika baik pemberi dan penerima sajian tersebut masih sama-sama memegang wadah ayamnya, saat itu lah momen penerima juga didoakan supaya Tuhan menganugerahinya dengan kesehatan, keteraturan, dan semangat dalam menjalani kehidupan.
Filosofi yang melekat pada makanan ini lah yang menjadi alasan kenapa kami memilihnya untuk dihidangkan pada acara makan malam sederhana untuk perayaan ulang tahun di rumah kami. Ditambah kami tidak pernah menyajikannya di momen duka, Dayok Nabinatur selalu menghadirkan aura bahagia di setiap kehadirannya.
Sikkam |
Fitur khas dari masakan tradisional ini yang saya tertarik adalah penggunaan sikkam sebagai pengganti darah karena kita Muslim tidak mengkonsumsinya. Sikkam adalah sebutan orang Simalungun untuk kulit batang pohon daun salam. Perasan jus sikkam akan dicampur dengan santan kelapa kental yang kemudian dituang di atas ayam yang telah dipanggang dengan bumbu.
Aslinya daging ayam dicincang dan kemudian disusun di atas piring dengan bagian tubuh yang lain sehingga menyerupai tubuh ayam ketika masih hidup. Tapi untuk dimakan sendiri di rumah, kami menyajikannya dengan cara yang biasa saja. Walau tetap tidak lupa memberikan parutan daging kelapa gongseng, irisan bawang merah dan cabai rawit mentah sebagai topping.
Namun, tanpa mengurangi rasa hormat, saya sangat berharap Dayok Nabinatur akan tetap terpelihara tanpa mengaburkan esensi kehidupan beragama saya.
With Batak Simalungun as my background, I treasure Dayok Nabinatur as an ancestral heritage. But, I see it as no more than food. It did teach me to appreciate its presence which symbolizes the closeness between extended family members, the importance of respecting the elders, and their advice after we serve Dayok Nabinatur.
0 comments