Anak-anak Amerika bermimpi mendarat di Mars. Anak-anak Jepang bermimpi menciptakan robot paling canggih di dunia. Anak-anak Korea Selatan bermimpi menciptakan perangkat seperti James Bond. Anak-anak China bermimpi mengendalikan perdagangan dunia. Anak-anak Indonesia bermimpi menjadi PNS. - MemeYakin, sih, tidak semua anak Indonesia mimpinya menjadi seorang ASN. Bahkan kalau sekarang dilakukan survey, banyak yang kalau ditanya cita-citanya apa, jawaban mereka bisa dibilang cukup variatif dan futuristik. Seperti menjadi influencer atau youtuber, misalnya. Kebetulan saja saya tumbuh di tengah masyarakat yang memandang PNS sebagai sebuah profesi yang layak untuk diperjuangkan.
Kata mereka, PNS tidak perlu khawatir soal hari tua karena sekalipun sudah pensiun nanti tetap mempunyai penghasilan tetap. Asuransi kesehatan, tunjangan kinerja dan keluarga, dan kesempatan mengejar jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga menjadi pertimbangan kebanyakan orang. Belum lagi rayuan SK yang bisa disekolahkan.
Tidak bisa dipungkiri, saya sendiri memandang profesi ini sebagai sebuah goal. Walaupun banyak juga yang bilang gaji seorang PNS tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka yang bekerja di bidang swasta. Tapi namanya setiap orang punya latar belakang, keinginan, dan kemampuan yang berbeda-beda, saya tetap menilai penerimaan CPNS yang dibuka hampir setiap tahun oleh pemerintah sebagai sebuah peluang yang saya niatkan untuk memperbaiki diri dan kehidupan.
Jutaan orang menguji keberuntungan mereka tiap kali pemerintah mengundang masyarakat mendaftarkan diri mereka dalam proses seleksi. Pernah satu kali, 35-ribu pelamar memperebutkan tidak lebih dari 200 formasi. Itu baru formasi yang saya cek karena saya termasuk di antara yang puluhan ribu itu. Dan data resmi pemerintah sendiri memang mengeluarkan info kalau jumlah pelamar menyentuh angka jutaan. Memang banyak yang hanya coba-coba, tapi tidak sedikit yang mempersiapkan diri dengan bersungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Suap-menyuap bahkan sudah bukan rahasia umum lagi. Banyak yang kami kenal menjadi korban para oknum yang memberi janji palsu. Menjengkelkan sekali membayangkan mereka yang menyalahgunakan posisi dan jabatannya untuk memanipulasi harapan orang lain untuk hidup lebih baik. Seriously, they give fake promise but the emotion was real.
Sangat disayangkan juga ketika menyadari masih banyak orang yang percaya dengan jalan pintas itu. Pola pikir demikian juga yang sering kali menjadi dilema di antara kita. Jika seseorang lolos seleksi karena usaha dan keberuntungannya, pasti ada saja yang sulit yakin kalau tidak ada suap-menyuap. Tapi jika kebalikannya, dia tidak lolos misalnya. Orang-orang pun bilang mana mungkin bisa dapat kalau tidak menyerahkan sejumlah uang.
Menguji keberuntungan di dunia per-CPNS-an ini sudah saya ikuti dari akhir 2013, kalau tidak salah. Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Perhubungan, Pemerintah Kota Tebing Tinggi, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, semuanya gagal. Terakhir saya mencoba di Kementerian Agama di Oktober 2018.
Menguji keberuntungan di dunia per-CPNS-an ini sudah saya ikuti dari akhir 2013, kalau tidak salah. Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Perhubungan, Pemerintah Kota Tebing Tinggi, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, semuanya gagal. Terakhir saya mencoba di Kementerian Agama di Oktober 2018.
Dinyatakan lulus berkas, saya mengikuti SKD yang dilaksanakan pada Oktober 2018 dan saya gagal memenuhi nilai ambang batas atau passing grade. Tapi pemerintah mengeluarkan aturan baru melalui istilah-istilah P1, P1 L, P2, P2 L. Saya yang awalnya saya kira sudah otomatis gugur, tetap bisa melanjutkan ke SKB dengan bermodalkan status P2 L yang saya miliki. Desember 2018, saya mengikuti SKB di satuan kerja yang saya lamar.
Awal Januari 2019, saya dinyatakan gagal. Kecewa? Pasti. Bahkan ada perasaan kesal karena toh, kalau memang gagal, kenapa saya harus capek-capek mengikuti SKB. Tapi, efek berdoa itu memang tidak seperti makan cabe yang pedasnya spontan terasa pada gigitan pertama. Allah menjawab doa-doa kita di waktu yang tepat, ternyata memang benar adanya.
I know people who graduated college at 21 and didn’t get a salary job until they were 27. I know people who graduated at 25 and already had a salary job. I know people who have children and are single. I know people who are married and had to wait 8-10 years to be parents. I know people who are in a relationship and love someone else. I know people who love each other and aren’t together. There are people waiting to love and be loved. My point is, “Everything in life happens according to our time, our clock. You may look at your friends and some may seem to be ahead or behind you, but they’re not. They’re living according to the pace of their clock, so be patient. You’re not falling behind, it’s just not your time. - Julissa Loaiza
Maret 2019, pengumuman lanjutan Kementerian Agama pun dikeluarkan. Mereka yang mengikuti SKB dan berstatus akhir P2 L alias tidak lolos seleksi, berhak mengisi formasi kosong jika sesuai antara jenjang pendidikan dan formasi yang belum terisi. Alhamdulillah, saya dan 27 rekan yang lain akhirnya menyusul 94 rekan kami yang sudah duluan melaksanakan tugas di kampus yang kami pernah sama-sama berjuang untuk diterima.
0 comments