Sebagai pendatang di tempat yang baru, sudah sewajarnya saya dan Enni, teman serumah saya, punya keinginan untuk mengeksplor daerah yang mulai saat ini akan menjadi rumah ke dua kami. Kata kunci 'daerah wisata Mandailing Natal' beberapa kali kami ketik di mesin pencari Google. Banyak hasil yang ditawarkan tapi kami putuskan untuk mengunjungi yang terdekat dulu.
Dengan petunjuk dari Google Maps, kami arahkan stang sepeda motor kami ke desa Sirambas, Panyabungan Barat. Tidak butuh waktu terlalu lama, mungkin kurang lebih 30 menit yang terpakai dari rumah kami di Lintas Timur, Panyabungan Kota, untuk sampai di tujuan kami; Danau Marambe.
Setelah menempuh perjalanan sesuai instruksi penunjuk arah, kami sempat bingung ketika diarahkan untuk belok kiri padahal yang terlihat justru area perkebunan karet. Kami curiga pengisi suara wanita di aplikasi Google Maps sudah mengantarkan kami ke tempat yang salah. Kami coba beramah-tamah dengan bertanya kepada salah satu petani karet, apa benar jalan di depan kami ini memang memang menuju danau Marambe. Alhamdulillah, beliau membenarkan.
Sebuah warung tepat di pinggir gerbang memasuki area danau bisa kita jadikan halamannya untuk memarkirkan kendaraan. Dari gerbang masuk, jalan menurun yang cukup panjang akan kita jumpai. Jalan menurun ini lah yang akan mengantarkan kita pada perairan yang sangat luas untuk ukuran sebuah danau buatan.
Saya tidak yakin berapa ukuran pasti danau beserta daratan yang mengelilinginya, tapi yang jelas area ini benar-benar luas. Dari yang kami lihat, danau ini cocok sekali untuk dijadikan sebagai destinasi wisata keluarga. Beberapa keluarga saya lihat ada yang sedang berenang, ada yang bersantai di atas sepeda air, dan ada juga beberapa pria dewasa yang menunggu umpan di ujung kailnya dimakan ikan.
Selain airnya yang jernih, danau Marambe juga dikelilingi pepohonan yang menyejukkan udara dan mata kita memandangnya. Beberapa gazebo tersedia untuk kita beristirahat dan menikmati makanan yang kita bawa dari rumah atau yang bisa kita pesan dari warung di dalam area danau.
Kami sendiri yang tiba 30 menit sebelum lokasi akan tutup, tidak melakukan apa-apa selain melihat pantulan bayangan benda sekitar di permukaan air danau. Semua kelihatan begitu tenang. Bayangan soal hidup sendirian di tanah perantauan yang menyulitkan bagi sebagian orang pelan-pelan bisa kami alihkan ke obrolan-obrolan ringan. Sedikit demi sedikit saya bisa lebih bersyukur karena Allah telah mengarahkan kaki saya ke tempat yang indah sekali. Mandailing Natal dengan segala anugerah yang dilimpahkan Tuhan kepadanya, saya yakini sebagai tempat terbaik lain setelah rumah dimana saya berikhtiar memperbaiki diri dan kehidupan saya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments