Obrolan menjadi semakin bersemangat saat jadwal pulang ke rumah sudah bisa ditentukan. Saya tidak akan mengabari akan pulang dalam sekian waktu kalau tiket bus belum dipesan. Niatnya untuk mengelakkan jangan sampai baik saya atau yang disana sama-sama kecewa, kalau-kalau ternyata tak sesuai rencana.
Kalau sudah fix akan pulang, saya biasanya menagih Nande untuk memasak yang selalu menjadi favorit kami semua. Tentunya selalu diiyakan oleh beliau. Dari intonasi bicaranya, bisa saya bayangkan Nande tersenyum waktu bilang "gampang itu", untuk semua permintaan saya.
"Nanti kita masak mi rebus ya, Mak."
Waktu Almarhum Bapak masih aktif sebagai anggota perwiridan di lingkungan tinggal kami, Mi Rebus Medan sering menjadi menu konsumsi yang disajikan kepada para bapak setelah selesai mengaji. Ini salah satu menu yang dianggap kebanyakan orang pasti enak kalau Nande yang memasak.Saking enaknya bagi kami, dulu saya sering merayu Nande untuk buka usaha Mi Rebus Medan kalau sudah tiba waktunya beliau pensiun. Kami yakin dagangan Nande pasti laris manis karena seperti kata para selebgram yang kesulitan mendeskripsikan rasa dari makanan yang mereka cicipi, seenak itu!
Campuran udang basah dan udang kipas manis yang dihaluskan, menciptakan rasa gurih di kuahnya yang memiliki tingkat kekentalan yang pas. Hanya gula merah terbaik yang dicicipi terlebih dahulu sebelum dibeli, yang digunakan. Komposisi rempah dan bumbunya seimbang tapi tidak pelit. Ditambah lagi ada bumbu Cinta Mamak yang membuatnya semakin enak.
Comfort food is the food that makes us feel good - satisfied, calm, cared for and carefree. It's food that fills us up emotionally and physically. Finding comfort in food is a basic human experience. - Ellie KriegerSetiap orang pasti punya menu andalan yang dibanggakan. Yang kalau memasaknya berhasil, berharap banyak orang yang memakannya. Dan kalau gagal atau tidak seperti biasa, bahkan tidak ada yang perlu tau kalau makanannya sudah matang.
Tapi, ya, rencana sekedar tinggal rencana. Kesehatan Nande sama sekali tidak mendukung keinginannya untuk berjualan Mi Rebus Medan walau saat ini, sudah 3 tahun beliau melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang abdi negara tanpa tanda jasa.
Begitu pun tetap Alhamdulillah, sampai saat ini Mi Rebus Medan buatan Nande masih bisa saya nikmati sebagai sambutan untuk anaknya yang menempuh 12-14 jam perjalanan bus malam untuk bisa sampai di rumah, berkumpul beberapa hari dengan keluarga.
Besides comforting me, one portion of this noodle also intriguing me to a question. How we are willing to spend much time just to prepare one kind of meal. Tapi waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskannya benar-benar singkat 😆
"Nanti kita masak soto ya, Mak."
Makanan lain yang selalu saya tagih untuk Nande siapkan ketika akan pulang adalah Soto Medan. Bagi saya, Soto Nande betul-betul istimewa. Lontongnya dibungkus daun pisang dan membutuhkan waktu hingga 8 jam untuk merebusnya di atas kompor tradisional dengan kayu bakar.
Kuah kuning yang terbuat dari santan dan campuran bumbu yang dihaluskan dan rempah-rempah, disiram ke atas potongan lontong yang sudah ditemani berbagai pelengkap. Ada tauge yang sudah dicelur air panas, daging ayam goreng suwir, potongan kentang goreng dan juga babat. Banyak yang tidak senang dengan keberadaan babat tapi bagi saya, dia sungguh nikmat. Jangan lupa taburan irisan seledri, bawang goreng, dan sambal cabai rawit dengan campuran jeruk nipis. Sedap!
Waktu almarhumah Tigan masih ada, soto sering kami jadikan rayuan supaya Tigan mau datang ke rumah. Karena kalau sudah datang, tidak mungkin secepat itu pulang. Bisa menginap sampai berhari atau berminggu. Sebagai seorang yang menduduki puncak tertinggi hirearki keluarga dari pihak Nande, wajar jika nenek kami ini sering kali tampil cerewet. Ditambah lagi masalah jantung yang sudah dari lama diidapnya. Semakin besar maklum kami dengan segala kritiknya.
Tapi kami senang kalau Tigan datang. Semua yang diucapkan Tigan walaupun sering menjengkelkan, tapi tidak pernah kami bisa sangkal karena memang benar. Apalagi kasih sayangnya yang ikhlas benar-benar bisa kami rasakan. Makanya baik Nande atau almarhumah Bibi, kakaknya Nande, seakan seperti rebutan supaya Tigan mau berlama-lama tinggal di rumah masing-masing.
Kenapa, ya, masakan Ibu selalu memberi kepuasan pada siapa saja di rumah? Padahal makanan serupa mudah sekali kita temukan di luar dengan beragam pilihan. Masakan Nande sudah menjadi standar yang sering kali tanpa sadar saya jadikan perbandingan dengan yang saya makan di tempat lain. Dan pantas saja berbeda, ternyata ada cinta dan kehangatan di setiap tetes kuah yang saya seruput, serta ketulusan dan kasih sayang untuk setiap suapan yang saya lahap.
0 comments