Kemarin Nande memasak cipera ayam dan pikiran saya pun melayang ke adegan makan sup jagung di film Barat. Cipera yang dalam bahasa Karo artinya tepung jagung, ketika diolah menjadi cipera ayam maka tampilannya mirip sekali dengan sup jagung yang pernah saya perdebatkan di film Barat.
Ada cerita unik di keluarga kami dengan cipera ayam ini. Abang ipar saya yang bersuku Jawa, sempat kesulitan beradaptasi dengan variasi masakan di rumah kami yang dilatarbelakangi pengaruh Karo dari Ibu saya, dan Batak Simalungun dari almarhum Bapak. Belum lagi Nande juga cukup sering menyajikan masakan khas suku lain seperti arsik ikan mas atau pajri nanas. Intinya, cita rasa yang didapatkannya di rumah istrinya kontra sekali dengan yang biasa dikonsumsinya sebelum menikah; makanan khas Jawa yang identik dengan rasa manis.
Cipera Ayam |
Cipera ayam sendiri bercita rasa pedas, asam, dan manis. Setidaknya itu yang lidah saya rasakan dari masakan Ibu saya. Pedas dari cabe rawit, asam karena ada asam cekala yang digunakan, manis yang berasal dari tepung jagung dan parutan daging jagung manis yang menjadi mega star dari masakan ini. Kalau tidak pakai jagung dan tepung jagung, ya, bukan cipera namanya tapi gulai ayam biasa. Tidak lupa ayam yang dipakai adalah ayam kampung dan tambahan jamur kuping yang memberi selingan sensasi kenyal gurih.
Jamur kuping di antara kuah cipera |
0 comments