Cipera Ayam: Gulai Ayam Khas Karo

Waktu mindset dan pengalaman saya masih tergolong sangat minim –  sekarang pun saya belum berani mengklaim ia sudah tumbuh besar dan luas, saya kira makanan yang bisa disebut sup hanyalah yang biasa kami sebut sup saja selama ini. Sup ayam, sup udang, atau sup daging, diolah dengan kuah kaldu yang jernih. Makanya ketika saya menonton film Barat yang menampilkan scene memakan sup jagung yang kental dan berwarna kuning pekat, saya heran sendiri. Kenapa jagung bisa dijadikan atau malah disebut sup? Faktanya secara tradisional, kata Wikipedia, sup terbagi menjadi dua kelompok: sup jernih dan sup kental.

Kemarin Nande memasak cipera ayam dan pikiran saya pun melayang ke adegan makan sup jagung di film Barat. Cipera yang dalam bahasa Karo artinya tepung jagung, ketika diolah menjadi cipera ayam maka tampilannya mirip sekali dengan sup jagung yang pernah saya perdebatkan di film Barat. 

Ada cerita unik di keluarga kami dengan cipera ayam ini. Abang ipar saya yang bersuku Jawa, sempat kesulitan beradaptasi dengan variasi masakan di rumah kami yang dilatarbelakangi pengaruh Karo dari Ibu saya, dan Batak Simalungun dari almarhum Bapak. Belum lagi Nande juga cukup sering menyajikan masakan khas suku lain seperti arsik ikan mas atau pajri nanas. Intinya, cita rasa yang didapatkannya di rumah istrinya kontra sekali dengan yang biasa dikonsumsinya sebelum menikah; makanan khas Jawa yang identik dengan rasa manis.
Cipera Ayam
Jijik, tapi segan. Cipera ayam yang memang bentukan akhirnya berkuah kental, sempat membuat suami kakak saya enggan memakannya. Tapi di satu sisi juga dia sungkan karena itu masakan Ibu mertuanya. Namun ajaibnya, sekarang malah dia yang jadi fans cipera ayam garis keras.

Cipera ayam sendiri bercita rasa pedas, asam, dan manis. Setidaknya itu yang lidah saya rasakan dari masakan Ibu saya. Pedas dari cabe rawit, asam karena ada asam cekala yang digunakan, manis yang berasal dari tepung jagung dan parutan daging jagung manis yang menjadi mega star dari masakan ini. Kalau tidak pakai jagung dan tepung jagung, ya, bukan cipera namanya tapi gulai ayam biasa. Tidak lupa ayam yang dipakai adalah ayam kampung dan tambahan jamur kuping yang memberi selingan sensasi kenyal gurih.
Jamur kuping di antara kuah cipera


0 comments