Tes Kejiwaan dan Kepribadian

Di usia remaja tanggung sekitar jenjang Sekolah Mengengah Pertama, saya mulai tertarik dengan tebak-tebakan zodiak. Baik di majalah atau koran mingguan yang ada di rumah pun, saya paling tertarik membaca ramalan keberuntungan di rubrik zodiak dari pada berita utama. Sejak saat itu juga saya mulai bangga menuliskan Leo sebagai lambang astrologi saya di pertukaran data diri dengan kawan-kawan saya.

Beberapa tahun kemudian saya mulai dapat pencerahan soal keharaman mempercayai ramalan bintang. Saya pun tidak lagi menghiraukan segala bacaan soal rasi bintang yang dikait-kaitkan pada bulan kelahiran masing-masing orang.

Lalu di masa kuliah S1, salah satu dosen Sastra Inggris saya di Fakultas Ilmu dan Budaya USU, Ma'am Redita, senang sekali berbagi pengalaman kehidupannya di sela-sela materi yang diajarkannya. Salah satu cerita beliau yang saya ingat hingga kini adalah tentang suaminya yang seorang psikiater. Katanya, hanya dengan melihat cara seseorang tersenyum saja suaminya bisa mengukur bagaimana kondisi kejiwaannya. Saat itu saya kagum, tapi lebih banyak tidak percayanya.

Maju beberapa tahun kemudian saat saya pun terjun ke dunia pengajaran. Untuk mengajukan NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional), salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah kelengkapan surat keterangan sehat jasmani dan rohani yang dikeluarkan oleh rumah sakit pemerintah.

Hasil pemeriksaan kesehatan jasmani mungkin bisa diterima di hari yang sama tapi, tidak untuk rohani. Kata petugas Medical Check Up yang menangani berkas-berkas pemeriksaan saya, jika dalam 3 hari tidak ada panggilan telepon dari RSUP Adam Malik Medan, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai kondisi kejiwaan saya 🙃

Alhamdulillah, memang tidak ada panggilan via telepon yang saya terima dan hasil yang keluar juga menunjukkan kalau saya baik-baik saja. Penjelasannya untuk masing-masing kategori cukup rinci tapi ada dua yang paling saya ingat. Pertama, saya tidak terindikasi menimbulkan keresahan di lingkungan kerja. Kedua, dari jawaban yang saya pilih, saya kelihatan terlalu berusaha untuk terlihat baik.

Saya merasa terhipnotis dengan rincian hasil tes pemeriksaan kejiwaan saya. Saya terkejut dengan penjabaran tentang perilaku yang saya sadari memang ada pada saya. Tapi saya lebih terkesima lagi dengan penjelasan mengenai perilaku atau pola pikir yang selama ini tidak saya sadari ada dalam diri ini, namun sering saya rasakan keberadaannya.

Kalau suami dosen saya bisa mengukur kondisi kejiwaan seseorang hanya dengan melihat caranya tersenyum, bukan tidak mungkin dokter ahli kejiwaan yang memeriksa jawaban saya akan 567 pertanyaan di tes tersebut juga bisa menilai kondisi psikis saya.

It's just a wow!

Selepas dari tiga kali mengikuti tes kesehatan rohani - yang ke dua untuk pemberkasan CPNS dan yang ke tiga untuk persyaratan pengangkatan 100% PNS - saya mulai tertarik dengan segala latihan terutama yang gratis dan dengan akses online yang mudah. Beberapa tes itu bertujuan untuk memperkirakan, katanya, seberapa dewasa saya, bagaimana keadaan emosional saya, masalah apa yang sedang saya hadapi, bahkan ada yang untuk menentukan apakah saya seorang psikopat. Sebagian hasilnya kebetulan tepat tapi tidak sedikit yang saya ragukan keabsahannya.

Terbaru, saya dikenalkan dengan sebuah tes online yang membantu saya menemukan jenis kepribadian apa yang sebenarnya saya miliki. Sebagai orang awam yang tidak memiliki dasar ilmu kesehatan apa pun, saya tetap bisa menilai secara pribadi bahwa hasil tes ini nyaris benar-benar akurat. Tes tersebut bisa diakses secara gratis melalui alamat berikut: 16 Personalities.

Saya seorang Mediator. Saya seorang INFP-T

Penjelasannya sangat lengkap dan rinci sampai yang selama ini saya bingung mengartikan beberapa pola pikir dan prilaku saya, tapi mereka bisa memberikan keterangan yang mudah saya pahami dan sepakati. Penjelasan umum untuk masing-masing kepribadian, kekuatan dan kekurangan dari masing-masing tipe, hubungan romansa, hubungan pertemanan, kedudukan sebagai orang tua, karir, sampai kebiasaan di tempat kerja juga mereka jelaskan secara rinci tapi mudah sekali dipahami.

Membaca secara bertahap penjelasan masing-masing kategori membuat saya seakan menganalisis diri sendiri. Bagaimana selama ini saya berpikir, bertindak, atau berperasaan. Tidak ada kepribadian yang dianalogikan Baik atau Buruk karena mereka sangat bijaksana memilih diksi yang digunakan untuk menyampaikan maksudnya.

Saya jadi tertarik untuk merangkum penjelasan tentang Mediator, hasil yang saya terima. Saya ingin memahami satu per satu keterangan dan masukan bermanfaat yang mereka berikan yang bisa membantu saya mengendalikan diri dan emosi.. kalau memang mampu saya terapkan 😁

0 comments